Selasa, 03 September 2013

Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Apa artinya bagi Swiss?

Penerapan ASEAN Economic Community (AEC) 2015 sudah di ambang pintu. Untuk mempromosikan potensi AEC, KBRI Bern telah memprakarsai kerja sama dengan Foraus, suatu lembaga think tank berbasis keanggotaan individu yang menyoroti politik luar negeri Swiss. Kegiatan yang didukung pula oleh kedutaan besar negara-negara ASEAN untuk Konfederasi Swiss tersebut berupa forum diskusi dengan topik  ASEAN Economic Community in 2015: What it means for Switzerland-Prospect and Chalenges for Better Cooperation”, pada Selasa (14/05) bertempat di ruang Kuppelraum, Universitas Bern, Swiss.
Acara yang dibuka oleh Maximilian Stern dari Foraus tersebut menampilkan pembicara Prof. Jean-Pierre Lehmann, Professor Emeritus Politik Ekonomi Internasional dari IMD, Lausanne; Dr. Urs Lustenberger, Presiden Kamar Dagang Swiss-Asia; dan Leo Trembley, Koordinator Regional, Divisi Asia Pasifik Departemen Luar Negeri Swiss.
Dalam presentasinya, Prof. Lehmann yang juga merupakan salah satu pendiri Evian Grup, memberikan gambaran dan data mengenai potensi ekonomi ASEAN yang kerap tertutupi oleh kecepatan pertumbuhan ekonomi raksasa tetangganya,  China. Masyarakat dunia pada umumnya mengabaikan bahwa kemajuan ekonomi suatu negara atau kawasan tidak hanya tergantung dari kecepatan pertumbuhan tetapi sangat tergantung pula dari kesinambungan pertumbuhan ekonominya. Menarik untuk dilihat bahwa dalam kurun waktu antara 1950-2005, hanya terdapat 13 negara/kesatuan politik yang memiliki kesinambungan pertumbuhan sebesar 7% dalam 25 tahun, dimana 8 berada di Asia. Dari kedelapan kesatuan politik tersebut, 4 adalah negara anggota ASEAN yakni: Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Menarik pula pernyataan Prof. Lehmann yang menyatakan bahwa pihaknya tidak melihat adanya pelajaran yang bisa diambil ASEAN dari Uni Eropa, mengingat karakter keanggotaan ASEAN yang jauh berbeda dengan UE, dimana terdapat perbedaan budaya dan demografi, perbedaan sistem politik dan ekonomi, maupun perkembangan sejarah masa kini dari negara-negara ASEAN. ASEAN bukan suatu melting pot, tetapi kumpulan negara yang hidup dan bertumbuh bersama secara damai (peaceful coexistence).
Dr. Urs Lustenberger sebagai pebisnis, menyoroti ASEAN sebagai tujuan investasi yang sangat menarik. Berbeda dengan di China, berinvestasi di kawasan ASEAN tidak membutuhkan dana yang besar namun dapat menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda. Hal ini sangat sesuai dengan ciri-khas Ekonomi Swiss yang kuat dan  bertumpu pada Usaha Kecil dan Menengah. Ia juga menyinggung resiko investasi dalam suatu negara raksasa seperti China, sekiranya terjadi guncangan politik. Membandingkan kawasan ASEAN dengan Eropa, Dr. Lustenberger menyatakan bahwa saat ini harapan untuk pertumbuhan ekonomi jauh lebih besar di kawasan ASEAN dibandingkan dengan Eropa, antara lain karena keragaman potensi masing-masing negara, serta dinamika demografi yang memiliki prosentasi usia produktif maupun pasar yang sangat besar.
Leo Trembley membandingkan perkembangan sejarah pembentukan Swiss dengan ASEAN yang masih terus berlangsung hingga saat ini. Disampaikannya bahwa dalam perkembangannya sistem konfederasi Swiss terbentuk dari negara-negara bagian (kanton) yang menyatakan kesediaan untuk menjadi satu negara, seperti layaknya negara-negara anggota ASEAN menyatakan kesediaan untuk mengikatkan diri pada ASEAN. Kesamaan proses ini mungkin dapat menjadi rujukan bagi pengembangan ASEAN. Swiss melihat besarnya potensi ekonomi maupun politik dari ASEAN dan siap untuk bekerja sama di berbagai bidang, termasuk berbagi pengalaman maupun tukar menukar informasi dan know how guna kemajuan bersama.
Dalam forum tanya jawab, moderator Dominique Ursprung memberikan kesempatan kepada lima Duta Besar negara-negara ASEAN yang hadir-- Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam untuk menjawab pertanyaan peserta seminar yang terdiri dari kalangan bisnis, akademis serta pemerintahan Swiss. Pertanyaan berkisar tentang kesiapan ASEAN menuju AEC 2015, termasuk kesiapan negara-negara anggotanya.
Acara diakhiri dengan resepsi dengan menghidangkan berbagai penganan khas masing-masing negara ASEAN. Antusiasme peserta terhadap topik diskusi tetap tampak, dimana para peserta melanjutkan tukar pikiran dengan para pembicara maupun para duta besar ASEAN.
Acara ini merupakan salah satu upaya KBRI untuk mempromosikan ASEAN sebagai suatu organisasi regional yang masih kurang dikenal di Swiss. Kerja sama dengan Foraus sendiri dinilai tepat sasaran, mengingat anggota Foraus adalah anggota masyarakat madani yang berusia antara 25-35 tahun, yang merupakan pemimpin masa depan Swiss. Pengenalan dan kedekatan terhadap ASEAN oleh kalangan ini merupakan investasi politik yang diharapkan dapat membuahkan hasil di masa datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar